Profil
Kampung Lontong Banyu Urip merupakan salah satu kampung yang terletak di pusat Surabaya, kampung ini terkenal dengan komoditasnya berupa lontong, yang menjadi salah satu bahan dasar dari berbagai kuliner di Surabaya. Mayoritas penduduk Kampung Lontong bermata pencaharian sebagai pembuat lontong. Setiap hari, mereka sibuk mengukus beras, memasukkannya ke dalam daun pisang, dan kemudian merebusnya. Pemandangan tumpukan daun pisang dan karung beras pun menjadi pemandangan yang lumrah di kampung ini.
Visi
“Kampung Lontong” berkomitmen untuk menjadi pusat produksi lontong yang mempertahankan nilai-nilai tradisional, namun beradaptasi dengan teknologi dan pemasaran modern untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Misi
- Melestarikan Budaya Lokal
Menjaga resep dan metode tradisional dalam pembuatan lontong agar tetap
autentik dan berkualitas tinggi.
- Inovasi Berkelanjutan
Menerapkan teknologi terbaru dalam proses produksi dan pemasaran untuk meningkatkan efisiensi dan mencapai pasar yang lebih luas.
- Pemberdayaan Masyarakat
Melibatkan masyarakat lokal dalam setiap tahap produksi untuk meningkatkan kesejahteraan dan keterampilan mereka.
- Ramah Lingkungan
Menggunakan bahan-bahan alami dan ramah lingkungan dalam setiap proses produksi, serta berkomitmen terhadap praktik berkelanjutan.
Sejarah
Pada tahun 1960, Kampung Lontong merupakan kampung yang terkenal karena produksi tempenya. Setiap harinya, warga sibuk memproduksi tempe dan menjadikan produk tempe sebagai produk unggulan di kampung tersebut. Berkat keahlian dalam memproduksi tempe, terciptalah julukan “Bog Tempe”, yang mencerminkan identitas kampung yang erat kaitannya dengan tempe. Sehingga kampung tersebut menjadi pusat perhatian bagi para pecinta dan pengusaha tempe dari berbagai daerah.
Namun, pada tahun 1970-an, produksi tempe mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti persaingan pasar dengan produsen dari daerah lain, tidak ada penerus, hingga sulitnya mencari pekerjaan. Menghadapi situasi ini, warga pun mengambil langkah strategis dengan beralih ke produksi lontong. Mereka melihat adanya peluang yang lebih besar dalam industri lontong, yang saat itu permintaannya meningkat pesat di pasaran. Peralihan ini tidak hanya membantu mempertahankan mata pencaharian warga, tetapi juga membuka peluang baru untuk mengembangkan industri makanan tradisional lainnya. Sejak saat itu, Kampung Lontong mulai dikenal tidak hanya sebagai penghasil tempe, tetapi juga sebagai pusat produksi lontong yang berkualitas.
Sejarah dari Kampung Lontong di Surabaya dimulai pada tahun 1974 melalui usaha pembuatan lontong oleh seorang warga yang bernama Ramiah, yang lebih dikenal dengan panggilan Bulik Ramiah. Melalui ketekunan dan keterampilannya dalam membuat lontong, Bulik Ramiah berhasil menarik perhatian warga sekitar dan lambat laun banyak warga yang ikut memproduksi lontong. Bulik Ramiah pun turut membantu warga dengan cara mengajari cara membuat lontong dan mendistribusikannya ke pasar-pasar yang ada di Surabaya. Pada tahun 1980-an, awalnya hanya beberapa warga di kampung yang aktif membuat lontong sebagai usaha rumahan. Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak warga yang tertarik untuk mencoba peruntungan dalam bisnis lontong ini. Melihat keberhasilan dan permintaan yang terus meningkat, warga lain pun mulai mengikuti jejak para perintis usaha lontong tersebut. Akibatnya, banyak rumah produksi lontong bermunculan di kampung ini. Setiap rumah tangga memiliki cara dan resep khas masing-masing, yang membuat variasi lontong semakin beragam dan menarik.
Pada tahun 1990, produksi lontong di Kampung Lontong mulai berkembang pesat. Banyak warga yang mulai membuat dan menjual lontong secara mandiri, memanfaatkan ketrampilan dan resep tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Proses pembuatan lontong yang dilakukan dengan penuh ketelatenan menghasilkan lontong yang berkualitas tinggi dan lezat. Warga kampung pun melihat peluang ini sebagai sumber penghasilan tambahan, sehingga mereka dengan semangat menjual lontong ke beberapa pasar di sekitar wilayah mereka. Hingga saat ini, tradisi membuat dan menjual lontong secara mandiri tetap dilestarikan, menjadi salah satu ciri khas dan kebanggaan Kampung Lontong. Produk lontong dari kampung ini dikenal luas oleh masyarakat sekitar, menjadi pilihan utama bagi banyak orang yang mencari lontong berkualitas untuk hidangan mereka.
Kampung lontong tidak akan bisa berkembang seramai ini jika alm. ibu Ramiah tidak mengajarkan cara pembuatan lontong kepada tetangga dan masyarakat sekitar semasa hidupnya. Para penduduk juga bersemangat untuk mempelajari bagaimana proses pembuatan lontong yang baik dan berkualitas agar dapat bersaing dan memiliki nilai jual lebih tinggi daripada pedagang lontong lainnya. Para pembuat lontong memasarkan dagangan mereka ke pasar-pasar sehingga terjual ratusan pcs setiap harinya, paling sedikit para masyarakat dapat menjual 800 pcs lontong setiap hari, dan saat hari besar seperti peringatan keagamaan dan peringatan hari besar kenegaraan dapat menjual hingga 2000 pcs.
Pemerintah kota Surabaya sudah beberapa kali datang ke kampung lontong untuk memberikan kemudahan akses jalan bagi warga kampung lontong, tetapi ditentang oleh masyarakat kampung lontong karena takut rumah warga akan tergusur. Pada dasarnya sejak dahulu kampung lontong hanyalah kampung biasa, akan tetapi semenjak perubahan zaman yang semakin pesat keberadaan kampung lontong saat ini menjadi daerah padat penduduk karena perkembangan penduduknya juga yang membeli tempat tinggal dan mendirikan perumahan di sepanjang sungai, sehingga tampak penumpukan penduduk yang tinggi.
Karena kampung lontong semakin terkenal dan dikunjungi oleh banyak public figure, maka masyarakat kampung lontong mendirikan paguyuban kampung lontong yang diketuai oleh bapak Yunus, anak dari alm ibu Ramiah. Pak Yunus telah menjadi ketua paguyuban dari tahun 90 an karena tidak ada masyarakat yg mau mencalonkan lagi karena sibuknya aktivitas. Paguyuban masyarakat kampung lontong didirikan untuk persiapan saat hari-hari besar, yaitu seperti kunjungan para public figure atau saat akan diadakannya acara penting keagamaan dan lain sebagainya. Hingga saat ini paguyuban penduduk kampung lontong masih sangat aktif dalam menyiapkan perayaan besar setiap tahunnya, terakhir kali sebelum wawancara kelompok kami berlangsung, paguyuban penduduk kampung lontong ini telah menyiapkan acara saat kedatangan artis besar seperti chef Arnold Poernomo dan juga walikota Surabaya. Kemudian juga saat acara memperingati bulan puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.